Senin, 20 November 2017

 
 BUDAYA KHAS DESA PEDASONG
 
 
 
 
 
Kuda Lumping adalah salah satu kesenian tradisional Jawa yang menggambarkan sekelompok prajurit penunggang kuda. Kuda yang di gunakan dalam tarian ini bukanlah kuda sungguhan, namun kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dibentuk dan dihias menyerupai kuda. Tarian ini sangat populer di masyarakat Jawa, khususnya Jawa tengah dan sekitarnya.
Selain Kuda Lumping, tarian ini juga sering di sebut “Jaran kepang” karena bentuk dari kuda yang di hiasi dengan rambut tiruan terbuat dari tali plastic dan di hias dengan cara di kepang. Selain menyuguhkan gerak tari, tarian ini juga terdapat unsur magis karena setiap pertunjukannya ada beberapa penari yang kesurupan dan beberapa ritual yang di lakukan dalam tarian ini. Selain itu ada beberapa atraksi berbahaya yang di pertontonkan seperti memakan beling, menyayat diri, berjalan di atas pecahan kaca dan beberapa atraksi berbahaya lainnya. Tarian ini merupakan pengembangan dari kesenian “Jatilan”. Walaupun masih terdapat beberapa unsur seperti kesurupan dan atraksi berbahaya, namun pada Kuda Lumping ini lebih mengutamakan gerakan tari yang menggambarkan jiwa kepahlawanan para prajurit berkuda dalam peperangan.
Gambar : Adegan Kuda Lumping di Medan Perang
 
 
 
Dalam pertunjukannya, Penari Kuda Lumping biasanya terbagi menjadi 3 bagian. Pada bagian pertama biasanya dilakukan oleh beberapa penari wanita, dengan menunggangi kuda mereka menari dengan gerakan yang lembut dan dinamis. Kemudian pada bagian kedua, biasanya dimainkan oleh beberapa penari pria. Pada bagian ini para penari menari dengan gerakan yang menggambarkan keberanian para prajurit penunggang kuda di medan pertempuran. Dan yang terakhir adalah bagian yang dimainkan oleh beberapa pria yang menunggangi kuda. Sambil memainkan pecut, mereka menari mengikuti iringan musik. Pada bagian ini beberapa penari mengalami kesurupan dan dengan keadaan tidak sadar mereka melakukan beberapa atraksi berbahaya seperti memakan beling, menyayat diri, berjalan di atas pecahan kaca dan beberapa atraksi berbahaya lainnya. Dalam menyuguhkan pertunjukan Kuda Lumping ini setiap grup atau daerah memiliki kreasi tersendiri dalam menampilkannya, namun tetap tidak meninggalkan keaslian dalam kesenian tersebut.
Dalam pertunjukan Kuda Lumping ini biasanya dikawal oleh beberapa pawang atau dukun untuk mengantisipasi hal – hal yang tidak di inginkan. Sebelum pertunjukan dimulai biasanya ada beberapa ritual yang dilakukan oleh para dukun yaitu memberikan sesaji dan membacakan doa agar di jauhkan dari mara bahaya. Selain melakukan ritual, dukun juga ditugaskan untuk mengawal para penari yang kesurupan saat melakukan atraksi  agar tidak terjadi hal – hal yang tidak di inginkan dan menyembuhkan para penari dari keadaan kesurupan.

 WISATA KEINDAHAN PANTAI SODONG


 http://selarasindo.com/wp-content/uploads/2016/12/0d899d89a5d60f8a7f00398d7c4de162.jpg





Melihat potensi ini, masyarakat menyambutnya dengan ramat dan menyiapkan berbagai barang dagangan baik warung makan, parkiran hingga pedagangan cinderamata dan pakaian berdatangan dengan menggunakan toko bergerak alias mobil tersebut.
Gunung Selok sebelah selatan yang berhadapan dengan Samudera Indonesia ini juga sudah dijadikan Kawasan Konservasi Hutan Mangrov yang merupakan bantuan dari PMI Pusat dan Palang Merah Amerika (USAID) dalam Program Resiko Terpadu Berbasis Masyarakat (Pertama ) daerah Pesisir. Diharapkan ke depan selain untuk pelestarian alam juga dalam rangka mengantisipasi bencana. Maklum daerah ini pernah terkena dampak bencana tsunami,
Untuk menarik pengunjung, Pantai Sodong kini terdapat tempat permainan anak mulai peluncur, kolam renang dan tempat bermain lainnya terbuat dari plastik yang digelembungkan. Selain itu ada kereta untuk anak-anak dan odong-odong bagi yang ingin berkeliling di area sekitar.
Hawa sejuk dengan pohon cemara ditambah pemandangan laut lepas membuat para pengunjung ini sengaja membawa tikar dan makanan untuk santap bersama. Menurut Hadi Sarwin (55) warga desa Karangbena yang berprofesi sebagai tukang parkit mengatakan belakangan ini pengunjung Pantai Sodong semakin meningkat.
“Saat ini masih dikelola oleh warga setempat sehingga bisa menambah penghasilan,” ujar Hadi Sarwin seraya mengarahkan mobil yang masuk ke area tersebut.

Gunung Srandil.

Cilacap selain memiliki sejumlah pantai yang eksotis seperti pantai Teluk Penyu, Pantai Widarapayung, Pantai Jenis dan Pantai Permisan, ada wisata alam serta wisata religius yang menarik yakni Gunung Srandil.
Gunung Srandil terletak di Desa Glempangpasing, Kecamatan Adipala dikenal sebagai salah satu tempat ziarah. Di Gunung Srandil, wisatawan bisa menikmati bukit kecil yang dipenuhi pepohonan hijau sehingga bisa melihat dengan jelas Pantai Srandil yang berada di sebelah selatan.
Gunung Srandil juga dikenal sebagai tujuan wisata spiritual atau religius. Setiap hari, obyek wisata Gunung Srandil dikunjungi puluhan bahkan ratusan orang yang ingin berziarah di goa-goa yang banyak terdapat di bukit Srandil ini. Selain hari libur, obyek wisata Pantai Srandil juga ramai saat malam Jumatdan Selasa Kliwon pada bulan Sura. Pada malam- malam tersebut umumnya sebagian besar pengunjung berziarah di Gunung Srandil.
Mbah Kuncen Gunung Srandil setia melayani pertanyaan wisatawan (Foto: Instagram @thisisindonesian)
Di kawasan Gunung Srandil terdapat beberapa petilasan. Diantaranya berupa makam-makam keramat peninggalan masa lalu. Makam yang berada di Gunung Srandil dibagi menjadi dua bagian yaitu lokasi dibawah ada lima titik pepunden dan dua titik lainnya ada di puncak Gunung Srandil. Kesemuanya merupakan rangkaian yang berurutan apabila hendak berziarah. Dimulai dari Eyang Guru, atau Eyang Sukmo Sejati, atau Eyang Sukmo Sejati Kunci Sari Dana Sari merupakan makam pertama di Gunung Srandil. Kedua adalah Gusti Agung Sultan Murahidi. Ketiga adalah Nini Dewi Tunjung Sekar Sari sebagai pendamping atau istri dari Eyang Semar. Terletak dibawah sebelah selatan.
Sementara, Keempat adalah Eyang Semar atau Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Amung Rogo. Terletak bersebelahan dengan makam Nini Dewi Tunjung Sari. Kelima adalah petilasan Eyang Juragan Dampu Awang, atau Sampokong, atau Sunan Kuning. Seorang juragan (saudagar) kaya dari Negeri Cina beragama Islam, yang dahulunya pernah singgah untuk melakukan semedi di tempat ini. Letaknya disebelah utara sisi kanan kiri dari pintu gerbang masuk Gunung Srandil. Keenam petilasan Eyang Langlang Buana, merupakan titisan dari Dewa Wisnu yang masih ada kaitannya dengan Kerajaan Pajajaran, di Jawa Barat. Terletak di puncak Gunung Srandil.Ketujuh adalah Mayang Koro atau Hanoman.
Salah satu petilasan di Gunung Srandil yakni makam Eyang Semar (Foto: Instagram @thisisindonesian)
Untuk menuju Gunung Srandil yang berjarak sekitar 30 km ke arah timur dari kota Cilacap dan dapat dengan mudah dijangkau dengan transportasi umum maupun kendaraan pribadi. Perjalanan menuju Gunung dan Pantai Srandil ini bisa di tempuh menggunakan transportasi darat, seperti Kereta Api ataupun bus umum AKAP. Bila wisatawan menumpang bus umum antar kota dari Jakarta bisa turun di terminal Purwokerto, terus disambung menggunakan bus sedang jurusan Purwokerto-Cilacap atau juga dapat menggunakan bus jurusan Purwokerto-Kroya. Dari Kroya bisa angkutan umum yang ada (Ojek, Koperades) menuju Gunung Srandil.

 MAKANAN KHAS DESA PEDASONG

 https://mbakarlin.files.wordpress.com/2012/04/tempe-mendoan.jpg




Tempe mendoan adalah makanan khas dari Purwokerto, salah satu kota di Jawa Tengah. Kata ‘mendoan’ diambil dari kata ‘mendo’ yang artinya setengah matang dalam bahasa Jawa khas Banyumas (dialek Jawa di kota Purwokerto merupakan bahasa Jawa khas Banyumas karena Purwokerto adalah ibukota kabupaten Banyumas). Jadi, jelaslah…tempe mendoan adalah tempe yang digoreng setengah matang.
Tidak ada tempe mendoan yang kering. Bila digoreng kering, biasanya di Purwokerto bukan disebut tempe mendoan tapi kripik tempe. Kripik tempe dari Purwokerto juga khas dibandingkan kripik dari kota lainnya.
Tempe mendoan dibuat dari tempe khusus yang lebar dan tipis….bukan dari tempe yang diiris tipis. Kripik tempe asal Purwokerto juga menggunakan tempe khusus yang tipis. Ini yang membedakan kripik tempenya berbeda dengan kripik tempe Bandung atau Malang, dimana pembuatannya menggunakan tempe tebal yang diiris tipis.
Bumbu tempe mendoan sangat sederhana, hanya kemiri, bawang putih, ketumbar dan garam…dan sedikit tepung. Ingat tepung sangat sedikit. Banyak plagiat tempe mendoan di kota lain yang menggunakan tepung yang banyak.
Tempe mendoan digoreng langsung dengan minyak yang banyak dan panas. Dan pastinya selalu minyak baru – bukan minyak jelantah alias minyak yang bekas dipakai kemarin  Meskipun tempe mendoan ini banyak dijual di pinggir jalan di Purwokerto, dan makan langsung di emperan tapi selalu digoreng dengan minyak goreng yang baru. Minyak untuk menggorengnya biasanya 2/3 wajan, tunggu minyak panas dulu sebelum memasukkan tempenya.
Sesuai namanya, “mendoan” yang artinya “setengah matang” , jadi tempe harus segera diangkat dari wajan sebelum warnanya kuning kecoklatan. Alias angkat pas warnanya masih kuning pucat dan agak basah,,,jangan tunggu sampai kering. Tempe mendoan paling enak disajikan dan disantap panas-panas. Makanya paling enak beli tempe mendoan yang langsung kita santap setelah digoreng penjualnya. Bila sudah dingin bisa dibilang bukan tempe mendoan lagi namanya…
Tempe mendoan khas Purwokerto biasanya terasa aroma daun pisangnya. Tempe mendoannya yang tipis-tipis itu dibungkus daun pisang dan digoreng langsung panas-panas oleh penjualnya atau para ibu rumah tangga dan disajikan langsung panas-panas…sehingga terasa aroma daun pisangnya. Ehm…nikmatnya…
Tempe mendoan ini biasanya disajikan bersama cabai rawit segar. Di Purwokerto makanan ini selalu menjadi makanan wajib untuk teman minum teh atau kopi, cemilan, makanan saat ngumpul bersama kerabat atau menjadi lauk.
Di sepanjang jalan di Purwokerto, pasti semua warung menyajikan tempe mendoan. Pedagang kaki lima di alun-alun pun banyak yang berjualan tempe mendoan. Yang paling enak ada di jl.Bank (depan Bank BRI) atau di jl. Sawangan, hanya pedagang kaki lima biasa tapi nikmatnya luarr biasa….
 SEJARAH DESA PEDASONG
 
 
Konon ceritanya bahwa Keraton Surakarta yang dibawah Raja Susuhunan Amangkurat 2 yang wilayah Kerajaannya sampai di daerah kita.Tanah daratan pada waktu itu masih ditumbuhi pohon dan rumput semak belukar sehingga manusia makannya bermacam macam buah buahan dan tanaman ubi ubian apa saja yang bisa dimakan.Maka munculah pemikiran dari sang Raja untuk menanam pohon kelapa yang bisa dimanfaatkan untuk bikin rumah dan buah kelapanya bisa dimanfaatkan untuk santan dan minyak buat campuran masakan,maka memanggil seorang punggawa kerajaan agar memerintahkan rakyatnya sepanjang pantai selatan dari Kraton Surakarta Sampai ke wilayah Kadipaten Adireja. Yang pada waktu itu dibatasi dengan musim tanan yang terbatas (menjelang musim penghujan).
Sang utusan kerajaan dalam rangka pengadaan perintah ke rakyatnya memakan waktu yang terlalu lama sehingga sampainya ke daerah Kadipaten Adireja sudah mepet waktu penghujan. Karena diperkirakan waktu yang mepet itu dari utusan sang Raja laporan waktunya sudah mepet maka perhitungan waktu Sang utusan tidak memungkinkan maka Sang Raja panggil lagi punggawa supaya panggil orang yang berkuasa di daerah Adireja yaitu wilayah katemenggungan yang dipimpin oleh Tumenggung Ngabei Natapraja.
Utusan dari Raja berangkat dengan prahu papan lewat segara kidul dan bersandar di kali pinggiran Gunung Selok. Sesampainya di Katemenggungan   dipetuk oleh Sang pembantu Tumenggung yaitu orang yang ngurusi Kuda,Dokar dan Gedogan ( kandang kuda) yang bernama Kyai Kebolodo.Kyai Kebolodo bersama sama utusan Raja bertemu Sang Tumenggung, yang maksudnya Sang Tumenggung supaya menghadap Raja Susuhunan Amangkutar 2 sekarang juga.
Panggilan yang dipaksakan dalam waktu singkat sang Tumenggung jadi berpikir jauh agar dalam waktu singkat sudah menghadap Sang Raja.Tumenggung Ngabei Natapraja berpesan sama Sang utusan bahwa dirinya siap menghadap dalan waktu yang tidak terlalu lama, maka Sang utusan langsung pamit pulang dengan naik prahu papan lewat laut kidul.
Ngabei Natapraja panggil Kyai Kebolodo supaya menyiapkan Kuda dan Dokarnya akan dibawa pergi ke Kraton Surakarta.Ngabei Natapraja memberikan seutas tati ikat kepalanya untuk mengikat Kuda dan Dokar.Setelah selesai diikat antara Kuda dan Dokar tiba tiba Kyai Kebolodo terkejut karena Kuda dan Dokar menjadi patung berbentuk kecil.Sang Tumenggung memerintahkan pada Sang Kyai Kebolodo untuk pegang patung Kuda Sang Ngabei Natapraja pegang patung Dokar.Sang Ngabei Natapraja suruk tutup mata pada Sang Kyai Kebolodo.Tiba tiba dalam sekejap mata saja Sang Kyai Kebolodo terkejut bahwa  dirinya sudah berada ditengan tengah alun alun Kerajaan Surakarta.
Sang Ngabei setelah sampai di alun alun perintah pada Sang Kyai Kebolodo patung Kuda dan Dokar supaya dibalut dengan kain putih yang sudah disiapkan dari awal keberangkatannya yang didikatkan pada sabuk perutnya. Sang Tumenggung langsung dijemput Sang punggawa Kraton dan dihadapkan pada Sang Raja Susuhunan Amangkurat2.
Raja berkata pada Tumenggung Ngabei Natapraja agar mau dalam waktu singkat bisa menanam pohon kelapa karena yang lain sudah pada kami perintah tanam pohon kelapa didaerah pinggiran pantai bahkan sudaH pada selesai beribu ribu pohon yang sudah pada ditanam.      Tumenggungsambil berpikir suruh tanam kelapa padahal persiapan benihnya tidak ada atau ditempatkan dimana, maka Sang Tumenggung bilang sama Raja,kami tidak siap karena kami tidak ada kelapa yang siap ditanam.
Sang Raja menjawab, kalau anda siap akan kami siapkan kelapa yang sudah siap tanam,tapi harus ditanam segera dalam jangka waktu tiga hari harus selesai ditanam silahkan kerahkan rakyatmu sebanyak banyaknya.
Sang Tumenggung menjawab siap.
Dengan adanya kesiapan Sang Tumenggung maka Sang Raja Susuhunan Amangkurat2 dengan tak sadarkan diri beranjak dari tempat duduknya bertepuk tangan tiga kali ( prok prok prok ) dengan kata kata kamu hebat.Dengan kesaktiannya tepukan tangan sang Raja tiga kali,tidak disangka sangka dan tak terduga sebelumnya disekeliling tempat pembicaraan sudah dikelilingi tumpukan buah kelapa yang sudah pada tumbuh siap ditanam,maka Sang Raja Susuhunan Amangkurat2 bertanya:
Bagaimana, bibit kelapa sudah saya siapkan!!
Sang Ngabei dengan kepala menunduk dan mengerahkan kesaktian kebatingannya terus berkata. Kami siap menanam.
Sang Ngabei Natapraja menoleh kekanan kekiri terus berkata pada Sang Raja, Saya mohon pamit dan mohon doa restu akan melaksanakan perintah Raja,terus dia Sungkem dan berkata pada pengawalnya Sang Kyai Kebolodo, Mari kita pamit dengan menepuk tangantiga kali. Dengan kata kata dari Sang Natapraja pamit dan tepukan tangan tiga laki para punggawa Kraton dan Sang Kyai Kebolodo pada bengong dan terkejut benih kelapa yang ada disekelilingnya musnah tanpa bekas.
Setelah itu para punggawa Kraton mengantar Sang Ngabei Natapraja dan punggawa Sang Kyai Kebolodo sampai ke alun alun.Sang Ngabei Natapraja mernerintahkan pada Sang Kyai Kebolodo suruh buka lagi bungkusan patung Kuda dan Dokar untuk dipegang seperti pada waktu akan berangkat ke Kerajaan Surakarta.Dengan sekejap mata sudak sanpai pedepokan semula di Adireja dan langsung berjalan di daerah pesisir pantai bersama sama Sang punggawa dan kerabatnya. Sang Punggawa pada terkejut  digrumbul kebon sudah banyak lubang lubang calon tempat tanaman kelapa lalu menanam benih kelapa ( atau bisa disebut juga Cikal ) Sampai sekarang gerumbul itu disebut Kebon Cikal.Yang sekarang letak grumbul itu didaerah ujung kebon wetan.
Sang Ngabei Natapraja dan Sang Kyai Kebolodo beserta rakyatnya pada menamam cikal bersama sama. Dari ujung timur kebarat.Sesampainya didaerah barat waktu sudah malam maka cikal cikal yang masih sisa dikelumpukkan dirumah rakyatnya.Runah tempat berteduhnya orang kecil atau rakyat. Dalem tempat berteduhnya orang orang pembesar.
Keesokan harinya penanaman cikal dilanjutkan yang mengambil benih kelapanya di rumah atau dalem yang berada dipelataran perkebunan atau disebut juga kebonan. Maka sekarang daerah tersebut disebusebut Kebon dalem yang terletak sekarang di kebon dalem kulon.Penanaman cilal sudah beribu ribu tanaman yang sudah tertanam didaerah pesisir pantan karena pada zaman itu pantai masih diutara tidak seperti sekarang.
Janji Sang Ngabei Natapraja tiga hari selesai penanaman pada Sang Raja pada waktu itu.Pada hari kegita ada utusan Punggawa dari Sang Raja Susuhunan Amangkurat2 untuk meninjau apakah penanaman benih kelapa sudak selesai. Rombongan dari Kraton lewat laut pakai prau dan mendarat di pinggiran gunung Selok.Setibanya didaerah tanaman cikal terus dipetuk sama punggawa dari utusan Sang Ngabei Natapraja. Namun tertemuan antara Punggawa dengan Pungawa salah pengertian dianggap bahwa kedatangan utusan dari Kerajaan Surakarta dirakat. Dianggap  bukan dari Kerajaan Surakarta.
Peritungannya Punggawa dari Sang Ngabei Natapraja akan menaklukan Sang Ngabei dan Rakyatnya untuk dijajah sehingga peperangan tidak bisa dielakan.Sampai sampai Sang Ngabei Natapraja dan pembantunya Sang Kyai Kebolodo ikut perang. Dengan kesaktian Sang Ngabei dan Sang Kyai, Prajurit Kraton Surakarta kececeran. Namun ada orang pintar dan sakti dari utusan Raja berembug, yang intinya bahwa kesaktiandari Sang Ngabei dan Sang Kyai bisa mati apabila dibakar dan dibuntal dengan Ijuk.
Sesuai dengan hasil rembugan tersebut segala sesuatunya dipersiapkan oleh para prajurit Kraton. Dihari berikutnya pertempuran dimulai lagi yang akhirnya Sang Ngabei dan Sang Kyai tertangkat dan pipukuli atau sebutan lain dipolo ( bahasa dialek Surakarta Solo )terus menerus oleh para punggawa Kraton.Ada salah satu prajurit Sang Ngabei Natapraja yg salah ucap karena orang wilayah Kradenan Banyumas maka bukan dipolo tapi dipala, Maka muncul Kata kata Kadipaten Adireja Padukuhan Kadipolo menjadi Adipala.
Namun masih tetap hidup dengan keadaan kesaktiannya. Maka muncul Sang orang pintar dan sakti dari Kraton memeritahkan supaya dibakar yang sudak dibuntak ijuk.Maka pembakaran terus berlangsung sampai jadi abu. Sang orang pintar memerintahkan pada para prajurit bahwa Sang Ngabei Natapraja dan pembantunya Sang Kyai Kebolodo sebetulnya tidak bersalah hanya karena salah pengertian, maka jasadnya yang sudak jadi abu agar dimakamkan di Kuburan Sumpilan wilayah Desa Adipala.
Demikian konon Cerita Legenda Desa Adipala menurut cerita orang orang sekitarnya.

   BUDAYA KHAS DESA PEDASONG           Kuda Lumping adalah salah satu kesenian tradisional Jawa yang menggambarkan sekelomp...